SUBALTERNITAS DAN REPRESENTASI GANDA DALAM CERITA PENDEK “KALABAKA” KARYA IKSAKA BANU
DOI:
https://doi.org/10.26499/bebasan.v7i2.109Keywords:
representasi, subaltern, pasca-kolonial, cerpenAbstract
Dalam cerpen “Kalabaka” yang berkisah tentang periode kolonial, permasalahan tentang penjajah dan yang terjajah selalu melibatkan pula permasalahan dikotomi Barat-Timur. Cerpen ini juga mempersoalkan tentang relasi kuasa, identitas, serta ruang. Terkait relasi kuasa antara penjajah dengan yang terjajah tersebut, kemudian, memunculkan peran antara yang dominan dan subaltern. Dalam hal ini, yang dominan tentu merupakan penjajah dan subaltern adalah pribumi yang terjajah. Persoalan seperti ini di dalam cerpen membuat penelitian ini menggunakan pandangan Gayatri Spivak tentang subalternitas dan representasi. Oleh karena itu, penelitian berusaha menjelaskan posisi subaltern yang dikonstruksikan oleh struktur cerpen serta peran representasi sebagai bentuk pelanggengan kolonialisme. Di dalam cerpen “Kalabaka”, subalternitas tercipta karena posisi dominan tokoh penjajah terhadap warga pribumi. Cara pandang Barat ini kemudian selalu memandang rendah Timur. Hal ini kemudian menyebabkan munculnya representasi-representasi yang mencoba mengisi posisitokoh Kalabaka serta masyarakat Banda oleh tokoh Belanda di dalam cerita.